BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini pendidikan dipandang
sebagai suatu aktifitas yang bersifat antisipatoris, aktifitas yang ada
diarahkan untuk menyongsong perkembangan-perkembangan yang diperhitungkan akan
terjadi di masa depan.
Semakin bertambah tahun, maka
semakin bertambah pula perkembangan dalam dunia pendidikan. Salah satunya di
Indonesia adalah dengan selalu meningkatkan nilai kompetensi yang harus dicapai
dalam masing – masing sekolah. Dengan hal semcam ini, sekolah juga akan mencari
kualitas pendidik yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan.
Saat ini, pemerintah telah
mencanangkan anggaran untuk dunia pendidikan sebesar 20%. Dalam hal ini, betapa
pemerintah memerhatikan dunia pendidikan. Sehingga, tuntutan – tuntutan yang
diarahkan kepada seorag guru dalam keprofesionalannya dalam mengajar sangat
diperhatikan. Semakin kedepan, banyak hal-hal yang harus dilalui seorang guru
untuk dapat mengamalkan ilmunya kepada semua orang, terutama di dalam sekolah.
Seorang guru harus dapat merangkul semua siswa nya. Tidak ada istilah siswa
bodoh, pintar ataupun cerdas.
Karakteristik setiap siswa
mempunyai banyak perbedaan. Misalnya dalam berinteraksi dengan orang lain,
pemahaman terhadap mata pelajaran, kefasihan dalam berbicara, mengungkapkan
pendapat, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penulis akan mengulas bagaimana
guru memhamami karakter siswanya dalam memahami pelajaran disekolah.
1.1. Rumusan masalah
1.
Apaka definisi guru dan belajar mengajar?
2.
Bagaimana guru berperan dalam belajar
siswa?
3.
Bagaimana memahami karakteristik siswa?
4.
Bagaimana cara memahami gaya belajar
siswa dalam pembelajaran?
5.
Adakah masalah yang memepengaruhi siswa
dalam pembelajaran?
1.3 Tujuan
1.
Dapat mengetahui definisi guru dan belajar mengajar
2.
Dapat mengetahui peran guru dalam belajar siswa
3.
Dapat mengetahui cara memahami karakteristik siswa
4.
Dapat mengetahui gaya belajar siswa dalam pembelajaran
5.
Dapat mengetahui masalah yang mempengaruhi siswa dalam pembelajaran
1.4.
Manfaat
Dengan adanya makalah ini,
diharapkan memeberi manfaat lebih kepada pembaca untuk lebih mengetahui
kaakteristik murid dalam belajar serta bagaimana cara mereka belajar dan kesulitan
apa (gangguan apa) yang menghalangi mereka dalam belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Definisi Guru dan Belajar Mengajar
Menurut
pepatah jawa, Guru adalah digugu lan ditiru yang berarti bahwa guru merupakan
sosok yang menjadi panutan bagi siswanya dan masih ada banyak pepatah yang
berhubungan dengan guru lainnya walaupun intinya sama. Saat ini sosok guru
sudah ikut "ter-reformasi". Guru dituntut untuk memiliki ilmu
pengetahuan yang selalu berkembang dan mengikuti kemajuan jaman. Sudah tidak
waktunya lagi guru yang kaku, memiliki pengetahuan terbatas, dan tidak mau
terbuka dengan kemajuan teknologi. Belajar mengajar
adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi
yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif
dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan
sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan
segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi guru dari
beberapa pendapat:
1.
UU RI NO 14 TAHUN 2005
Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
2.
Zakiyah Daradjat
Guru
adalah pendidik profesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya
menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundah
paa orang tua.
3.
Supriyadi, 1999
Guru adalah orang yang berilmu,
berakhlak, jujur dan baik hati, disegani, serta menjadi teladan bagi masyarakat.
4.
Syaikh
Muhammad
Guru
adalah tauladan dalam akhlaknya yang baik dan perangainya yang mulia.
1.2. Peran Guru dalam Belajar
Siswa
Guru dewasa ini berkembang sesuai
dengan fungsinya, membina untuk mencapai tujuan pendidikan. Lebih-lebih dalam
sistem sekolah sekarang ini, masalah pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan
tenaga pengajar perlu mendapat perhatian yang serius. Bagaimanapun baiknya
kurikulum, administrasi, dan fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi
dengan peningkatan kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil yang
diharapkan. Oleh karena itu, peningkatan mutu tenaga-tenaga pengajar untuk
membina tenaga-tenaga guru yang profesional adalah unsur yang penting bagi
pembaruan dunia pendidikan.
1.
Guru sebagai pengajar
Salah satu tugas yang harus
dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah memberikan pelayanan kepada para siswa
agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah.
Melalui bidang pendidikan, guru mempengaruhi aspek kehidupan, baik sosial,
budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan
faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru memegang berbagai jenis
peranan yang mau tidak mau harus dilaksanakannya sebagai guru.Yang dimaksud
sebagai peran adalah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua
petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru harus bertanggungjawab atas
hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan
faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar mengajar, dan
karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar disamping menguasai
materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain : guru harus mampu menciptakan
situasi kondisi belajar yang sebaik-baiknya.
2.
Guru sebagai pembimbing
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap
individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk
melakukan penyesuaian diri secara maksimum terhadap sekolah, keluarga serta
masyarakat.
Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama. Dalam tugasnya
sebagai pendidik, guru memegang berbagai jenis peran yang mau tidak mau harus
dilaksanakan sebaik-baiknya. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut
pola tingkah laku tertentu pula. Sehubungan dengan peranannya sebagai
pembimbing, seorang guru harus :
1.
Mengumpulkan data tentang siswa
2.
Mengamati tingkah laku siswa dalam
situasi sehari-hari
3.
Mengenal para siswa yang memerlukan
bantuan khusus
4.
Mengadakan pertemuan atau hubungan
dengan orangtua siswa baik
5.
Secara individu maupun secara kelompok
untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak
6.
Bekerja sama dengan masyarakat dan
lembaga lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa
7.
Membuat catatan pribadi siswa serta
menyiapkannya dengan baik
8.
Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau
individu
9.
Bekerja sama dengan petugas bimbingan
lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa
10.
Menyusun program bimbingan sekolah
bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya
11.
Meneliti kemajuan siswa baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa peran guru baik sebagai pengajar
maupun sebagai pembimbing pada hakekatnya saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Dengan kata lain, kedua peran tersebut harus dilaksanakan secara
berkesinambungan dan sekaligus merupakan keterpaduan.
1.3. Memahami Karakteristik Siswa
Karakteristik
siswa merupakan bagian-bagian pengalaman siswa yang berpengaruh pada
keefektifan proses belajar. Pemahaman tentang karakteristik siswa bertujuan
untuk mendeskripsikan bagian-bagian kepribadian siswa yang perlu diperhatikan
untuk kepentingan rancangan pembelajaran. Karakteristik siswa pada dasarnya
dapat diidentifikasi dari berbagai sudut pandang antara lain: kemampuan awal
siswa, latar belakang budaya siswa, pengalaman belajar siswa, gaya belajar
siswa, dan sebagainya. Salah satu karakteristik belajar siswa akan dipandang cukup
penting dan berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar siswa adalah karakteristik gaya
belajar siswa. Menurut Gunawan (2003: 139) gaya
belajar adalah cara yang lebih disukai seseorang dalam melakukan kegiatan berpikir,
memproses dan memahami suatu informasi. Sebagai misal, ketika kita ingin
mempelajari tentang tanaman, kita mungkin lebih senang jika belajar melalui
video, mendengarkan ceramah, membaca buku, atau lebih senang belajar melalui
cara bekerja langsung di Perkebunan atau mengunjungi kebun raya.. Berdasarkan pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa gaya belajar merupakan cara yang konsisten yang lebih
disukai seseorang dalam melakukan kegiatan berpikir, menyerap informasi,
memproses atau mengolah dan memahami suatu informasi serta mengingatnya dalam
memori. Dengan demikian efektif tidaknya suatu proses pembelajaran akan sangat
terkait antara metode dan media pembelajaran yang digunakan guru dengan
kecenderungan gaya belajar siswanya.
Karakteristik
gaya belajar seseorang cukup berpengaruh terhadap pencapaian hasil
belajarnya. Murid
yang belajar dengan mengunakan gaya belajar mereka yang dominan, ternyata mampu
mencapai nilai tes yang jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar
dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajarnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat S. Nasution (2003: 93) yang mengemukakan bahwa: ”setiap metode
mengajar bergantung pada cara atau gaya siswa belajar, pribadinya serta
kesanggupannya.” Dengan demikian, guru dalam mengajar hendaknya memperhatikan
gaya belajar atau ”learning style” siswa, yaitu cara siswa bereaksi dan
menggunakan stimulus- stimulus yang diterima dalam proses pembelajaran.
Peran guru sangatlah dibutuhkan untuk mendukung
terciptanya suasana belajar mengajar yang menyenangkan aktif dan memungkinkan
anak berprestasi secara maksimal. Sedangkan tingkat partisipasi yang dimaksud
adalah keterlibatan siswa dalam menyikapi,memahami,mencerna materi yang
disajikan dalam proses belajar. Bagaimanpun baiknya sarana pendidikan apabila
guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik maka hasil pembelajaran tidak akan
memberikan hasil yang memuaskan. Keberadaan guru didepan sebagai pemimpin bukan
saja penting secara ideal tetapi juga secara fisik amat menentukan
1.4. Gaya Belajar Siswa
dalam Pembelajaran
Lima dari banyak strategi belajar
yang menurut Holt (1980) sering dipakai siswa dalam mengikuti pelajaran di
kelas. Pertama, Producer-thinker
strategy (Strategi pencetus – pemikir). Istilah producer (pencetus) dipakai
untuk menunjukkan siswa yang hanya mementingkan jawaban yang benar, dan untuk
mendapatkan jawaban itu merekaberbuat apa saja misalnya memakai peraturan dan
rumus secara sembarangan. Siswa semacam ini biasanya langsung mencuat dengan
jawaban yang benar dan seringkali mundur ke sikap mengalah dan putus asa bila
tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Istilah thinker (pemikir) adalah
siswa yang berusaha memahami arti, kenyataan, atau apa saja yang sedang dipelajarinya.
Pemikir biasanya lebih bersedia bekerja keras. Sayangnya, pengguna strategi
pemikir lebih sedikit jika dibandingkan dengan pencetus (producer strategy).
Kedua,
Mumble strategy (Strategi komat-kamit). Strategi ini sering dipakai siswa dalam
pelajaran bahasa di kelas yang besar. Strategi ini sangat bermanfaat untuk guru
yang cerewet tentang aksen dan bangga akan aksen dirinya sendiri. Jika siswa
diminta mengulangi kalimat, ada yang hanya membuka mulut tanpa mengucapkan
bunyi yang jelas atau benar, dan tanpa memahami artinya. Guru akan menyangka
semua siswanya mengikuti pelajaran dengan baik.
Ketiga,
Minimal strategy (Strategi meminimaksimalkan). Dengan strategi ini, siswa
memanfaatkan peluang untuk menang seluas-luasnya (memaksimalkan), dan menekan
serendah-rendahnya (meminimalkan) kekalahan kalau terpaksa harus kalah. Contoh
: seorang siswa diminta untuk menentukan di titik mana ia harus menaruh suatu
beban pada palang keseimbangan (balance beam) sehingga terjadi keseimbangan.
Bila teman-temannya berpendapat bahwa palang itu tidak akan seimbang dengan
titik pilihannya, makin lama ia makin tidak yakin akan pilihannya. Akhirnya,
setelah semuanya berbicara dan ia harus memecahkan masalah itu, ia pun berkata
dengan riang: "Saya pribadi juga berpendapat bahwa tidak akan terjadi
keseimbangan."
Keempat,
Tried and true strategy of guess and look (Strategi coba dan benar
dengan tebakan dan
pengamatan). Siswa seringkali terus terang dengan strategi yang
dipakainya untuk
mendapatkan jawaban dari guru. Untuk melakukan tes terhadap siswa dalam hal
jenis kata, guru membuat tiga kolom di papan tulis, masing-masing dengan 7
judul kata benda, kata sifat dan kata kerja. Kemudian memberi pertanyaan
termasuk jenis kata apa suatu kata. Salah seorang siswa berkata, "Ibu
telah menunjukkan jawabannya." Mungkin guru itu terkejut dan bertanya apa
maksudnya. Sebenarnya guru tersebut tidak menunjuk, tetapi ia berdiri di
samping kolom yang menjadi jawaban. Begitu guru mengucapkan suatu kata, siswa
menyimak menghadap ke mana muka guru untuk menebak jawaban yang benar. Siswa
tidak sepenuhnya belajar jenis kata, namun lebih mempelajari gerakan atau
tingkah guru dalam mengajar. Bahkan dalam penyusunan soal tes, siswa sering
mengamati jenis pertanyaan yang biasanya dibuat oleh guru, sehingga siswa hanya
belajar bagian tertentu dari pelajaran tersebut.
Kelima,
Numeral shoving strategy (Strategi aduk angka). Siswa sering memakai strategi
ini dalam pelajaran matematika atau berhitung. Walaupun anak-anak menjawab
dengan benar, mereka seringkali tidak betul-betul mengerti masalahnya. Jika
kita menanyakan dari mana mereka memperoleh jawaban itu, segera disadari bahwa
mereka hanya mengaduk-aduk bahan pelajaran saja. Pada kenyataannya, siswa
memakai strategi secara konsisten. Siswa yang terpandai memakai strategi
tersebut, demikian juga siswa yang bodoh, dapat dipastikan selalu menggunakan
strategi dalam belajar. Bahkan, setiap siswa cenderung akan memakai strategi
tersebut bila dalam keadaan tertekan. Salah satu cara menjelaskan strategi ini adalah
dengan menyebutkannya sebagai yang mementingkan jawaban (answer-centred) dan
yang mementingkan persoalan (problem-centred). Perbedaan di antara kedua jenis
siswa ini dapat dilihat dari persoalan yang dihadapinya. Kebanyakananak sekolah
cenderung mementingkan persoalan adalah answer-centred dari
padaproblem-centred. Mereka memandang masalah sebagai semacam pengumuman
yangjawabannya ada di suatu tempat misterius nun jauh di sana, dan mereka harus
pergi kesana untuk mencarinya.
1.5. Masalah yang Memengaruhi
Pembelajaran Siswa
Faktor utama yang mempengaruhi
anak-anak menggunakan salah satu strategi belajar adalah guru. Lester Smith
(1976;52) bersikukuh: "Practically everything we do in school tends to
make children answer-centred" (Hampir semua hal yang kita lakukan di
sekolah cenderung membuat anak-anak menjadi answer-centred). Ada tiga alasan yang
berhubungan dengan masalah ini.
Pertama,
jawaban yang benar selalu mendapat ganjaran. Sekolah merupakan semacam tempat
pemujaan bagi jawaban yang benar, dan cara untuk maju adalah mempersembahkan
sebanyak-banyaknya jawaban benar di meja pemujaan.
Kedua, kebanyakan guru pun answer-centred. Apa yang dilakukan guru adalah
akibat apa yang telah diajarkan kepadanya, atau hal itulah yang selalu dilakukannya.
Ketiga, bahkan guru yang tidak answer-centred pun mungkin tidak melihat
perbedaan antara yang answer-centred dan yang problem-centred, apalagi mengerti
betapa pentingnya hal itu. Jadi, cara mengajar siswa dan terutama substansi yang
diberikan kepada anak-anak, akan mendorong mereka menggunakan strategi yang bersifat
answer-centred.
Strategi belajar merupakan akibat
dari karakter siswa. Mereka menggunakan berbagai strategi dalam belajar
disebabkan adanya suatu perasaan tertentu yang ingin diatasi, adanya harapan-harapan
yang ingin dimiliki, adanya tantangan di kelas dan tantangan lain yang
dirasakan. Suatu hal yang menjadi perhatian utama siswa adalah adanya keinginan
untuk mempertahankan diri sendiri. Rasa ketakutan akan sangat berpengaruh pada
strategi belajarnya. Hampir dapat dipastikan, bahwa strategi belajar siswa akan
konsisten pada kepentingan diri dan pertahanan diri, yang semuanya ditujukan
untuk menghindarkan diri dari kesulitan, rasa malu, hukuman, celaan, atau
kehilangan status. Berbagai pertanyaan akan muncul pada siswa manakala mereka
harus menjawab suatu pertanyaan. Pertanyaan yang muncul antara lain "Apakah
yang akan terjadi padaku bila menjawab salah? Tidakkah guru akan marah? Apakah
teman-teman tidak akan mentertawakan saya?”
Siswa seharusnya dibebaskan dari rasa
ketakutan atau kekhawatiran sehingga mampu menggunakan kemampuan dan
penalarannya seoptimal mungkin. Sebagai ilustrasi misalnya tentara akan mampu
mengontrol ketakutan, hidup di tengah ketakutan, menaklukkan rasa takutnya, dan
sangat dimungkinkan justru ketakutannya menimbulkan strategi perang yang baik.
Namun, ada perbedaan yang sangat mendasar antara sekolah dan perang. Siswa
dalam menyesuaikan diri dengan perasaan takut akan berakibat buruk dan menghancurkan
kemampuan mereka. Sedangkan prajurit yang ketakutan dapat menjadi penyerang
yang terbaik, namun pelajar yang ketakutan akan selalu menjadi siswa yan bodoh.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Belajar dibedakan menjadi tiga macam, yakni :
1.
Faktor Internal Siswa
Meliputi
dua aspek, yakni :
1) Aspek
Fisiologis (yang bersifat jasmaniah). Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan
otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
2) Aspek
psikologis (yang bersifat rohaniah), meliputi:
a)Tingkat
kecerdasan/intelegensi siswa.
Menurut (Reber, 1988) bahwa
intelegensi diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat
b)
Sikap siswa.
Sikap adalah gejala internal yang
berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response
tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang, dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
c) Bakat siswa
Menurut
(Chaplin, 1972; Reber, 1988) bahwa bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial
yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
d) Minat siswa.
Minat (interest) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah popular dalam
psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya,
seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan
e)
Motivasi siswa.
Merupakan keadaan internal
organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu
(pemasok daya). Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : Motivasi
intrinsik: Hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang
mendorongnya untuk belajar. Motivasi ekstrinsik: Hal dan keadaan yang datang
dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk belajar.
2. Faktor Eksternal Siswa
Terdiri atas dua
macam yaitu:
a.
Lingkungan
Sosial.
Para guru, para staf administrasi,
dan teman-teman sekelas yang dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
b.
Lingkungan Nonsosial
Gedung sekolah dan letaknya, rumah
tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca,
dan waktu belajar yang digunakan siswa.
3. Faktor Pendekatan Belajar
Merupakan cara atau strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari
materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional
yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan
belajar tertentu.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Guru merupakan pendidik yang
dijadikan sebagai teladan bagi siswanya. Tugas guru disekolah adalah sebagai
pengajar dan pembimbing. Dalam hal ini guru merupakan faktor yang mempengaruhi
berhasil tidaknya proses belajar mengajar. Karaketeristik masing-masing siswa
dalam belajar berbeda-beda. Karakteristik gaya belajar
seseorang cukup berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajarnya. Dengan mengenal
masing-masing karakteristik murid dalam proses pembelajaran, dapat membantu
guru untuk menentukan cara pembelajran yang sesuai. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi siswa dalam proses belajar, sehinga dapat memengaruhi
pembelajaran. Salah satunya, faktor internal dan faktor eksternal.
3.2.
Saran
Demikian yang dapat penulis
paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahsan dalam makalah ini, tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang berbaik hati memeberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan selanjutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2011. Memahami Karakteristik Siswa. http://edukasi.
http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/06/memahami-karakteristik-siswa/diakses
16/12/12.
Anonim.
2011. Masalah-masalah Belajar Siswa. http://konselingindonesia./masalah-masalah-belajar-siswa.html/ diakses 15/12/12.
Bakharuddin.
2012. Meningkatkan Kreatifitas Guru dan
Siswa. http://www.bakharuddin.net/2012/06/meningkatkan-kreatifitas-guru-dan-siswa.html/
diakses 15/12/12.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Teori
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Firdayati.
2012. Memahami Karakteristik gaya belajar. http://firdayatismpn3metro.
blogspot.com/2012/04/memahami-karakteristik-gaya-belajar.html/ diakses15/12/12.
Sahara,
H. 1992. Pengantar Pendidikan I.
Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana.
Sudjana,
Nana. 1995. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.