Senin, 17 November 2014

PEMAHAMAN GURU TERHADAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
              Dewasa ini pendidikan dipandang sebagai suatu aktifitas yang bersifat antisipatoris, aktifitas yang ada diarahkan untuk menyongsong perkembangan-perkembangan yang diperhitungkan akan terjadi di masa depan.
              Semakin bertambah tahun, maka semakin bertambah pula perkembangan dalam dunia pendidikan. Salah satunya di Indonesia adalah dengan selalu meningkatkan nilai kompetensi yang harus dicapai dalam masing – masing sekolah. Dengan hal semcam ini, sekolah juga akan mencari kualitas pendidik yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan.
              Saat ini, pemerintah telah mencanangkan anggaran untuk dunia pendidikan sebesar 20%. Dalam hal ini, betapa pemerintah memerhatikan dunia pendidikan. Sehingga, tuntutan – tuntutan yang diarahkan kepada seorag guru dalam keprofesionalannya dalam mengajar sangat diperhatikan. Semakin kedepan, banyak hal-hal yang harus dilalui seorang guru untuk dapat mengamalkan ilmunya kepada semua orang, terutama di dalam sekolah. Seorang guru harus dapat merangkul semua siswa nya. Tidak ada istilah siswa bodoh, pintar ataupun cerdas.
              Karakteristik setiap siswa mempunyai banyak perbedaan. Misalnya dalam berinteraksi dengan orang lain, pemahaman terhadap mata pelajaran, kefasihan dalam berbicara, mengungkapkan pendapat, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penulis akan mengulas bagaimana guru memhamami karakter siswanya dalam memahami pelajaran disekolah.
1.1.   Rumusan masalah
1.    Apaka definisi guru dan belajar mengajar?
2.    Bagaimana guru berperan dalam belajar siswa?
3.    Bagaimana memahami karakteristik siswa?
4.    Bagaimana cara memahami gaya belajar siswa dalam pembelajaran?
5.    Adakah masalah yang memepengaruhi siswa dalam pembelajaran?

1.3   Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi guru dan belajar mengajar
2. Dapat mengetahui peran guru dalam belajar siswa
3. Dapat mengetahui cara memahami karakteristik siswa
4. Dapat mengetahui gaya belajar siswa dalam pembelajaran
5. Dapat mengetahui masalah yang mempengaruhi siswa dalam pembelajaran

1.4.  Manfaat
              Dengan adanya makalah ini, diharapkan memeberi manfaat lebih kepada pembaca untuk lebih mengetahui kaakteristik murid dalam belajar serta bagaimana cara mereka belajar dan kesulitan apa (gangguan apa) yang menghalangi mereka dalam belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Guru dan Belajar Mengajar

              Menurut pepatah jawa, Guru adalah digugu lan ditiru yang berarti bahwa guru merupakan sosok yang menjadi panutan bagi siswanya dan masih ada banyak pepatah yang berhubungan dengan guru lainnya walaupun intinya sama. Saat ini sosok guru sudah ikut "ter-reformasi". Guru dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang selalu berkembang dan mengikuti kemajuan jaman. Sudah tidak waktunya lagi guru yang kaku, memiliki pengetahuan terbatas, dan tidak mau terbuka dengan kemajuan teknologi. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.

          Berikut ini adalah pengertian dan definisi guru dari beberapa pendapat:
1.    UU RI NO 14 TAHUN 2005
              Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
2.    Zakiyah Daradjat
              Guru adalah pendidik profesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundah paa orang tua.
3.    Supriyadi, 1999
                        Guru adalah orang yang berilmu, berakhlak, jujur dan baik hati, disegani, serta menjadi teladan bagi masyarakat.
4.    Syaikh Muhammad
              Guru adalah tauladan dalam akhlaknya yang baik dan perangainya yang mulia.



1.2. Peran Guru dalam Belajar Siswa
              Guru dewasa ini berkembang sesuai dengan fungsinya, membina untuk mencapai tujuan pendidikan. Lebih-lebih dalam sistem sekolah sekarang ini, masalah pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan tenaga pengajar perlu mendapat perhatian yang serius. Bagaimanapun baiknya kurikulum, administrasi, dan fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, peningkatan mutu tenaga-tenaga pengajar untuk membina tenaga-tenaga guru yang profesional adalah unsur yang penting bagi pembaruan dunia pendidikan.
1. Guru sebagai pengajar
              Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Melalui bidang pendidikan, guru mempengaruhi aspek kehidupan, baik sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak mau harus dilaksanakannya sebagai guru.Yang dimaksud sebagai peran adalah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru harus bertanggungjawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar mengajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain : guru harus mampu menciptakan situasi kondisi belajar yang sebaik-baiknya.
2.      Guru sebagai pembimbing

              Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat.
Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama. Dalam tugasnya sebagai pendidik, guru memegang berbagai jenis peran yang mau tidak mau harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula. Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, seorang guru harus :
1.        Mengumpulkan data tentang siswa
2.        Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari
3.        Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus
4.        Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orangtua siswa baik
5.        Secara individu maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak
6.        Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa
7.        Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik
8.        Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu
9.        Bekerja sama dengan petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa
10.    Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya

11.    Meneliti kemajuan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa peran guru baik sebagai pengajar maupun sebagai pembimbing pada hakekatnya saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, kedua peran tersebut harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan sekaligus merupakan keterpaduan.


1.3. Memahami Karakteristik Siswa
              Karakteristik siswa merupakan bagian-bagian pengalaman siswa yang berpengaruh pada keefektifan proses belajar. Pemahaman tentang karakteristik siswa bertujuan untuk mendeskripsikan bagian-bagian kepribadian siswa yang perlu diperhatikan untuk kepentingan rancangan pembelajaran. Karakteristik siswa pada dasarnya dapat diidentifikasi dari berbagai sudut pandang antara lain: kemampuan awal siswa, latar belakang budaya siswa, pengalaman belajar siswa, gaya belajar siswa, dan sebagainya. Salah satu karakteristik belajar siswa  akan  dipandang cukup penting dan berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar siswa adalah karakteristik gaya belajar siswa. Menurut Gunawan (2003: 139) gaya belajar adalah cara yang lebih disukai seseorang dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan memahami suatu informasi. Sebagai misal, ketika kita ingin mempelajari tentang tanaman, kita mungkin lebih senang jika belajar melalui video, mendengarkan ceramah, membaca buku, atau lebih senang belajar melalui cara bekerja langsung di Perkebunan atau mengunjungi kebun raya.. Berdasarkan  pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar merupakan cara yang konsisten yang lebih disukai seseorang dalam melakukan kegiatan berpikir, menyerap informasi, memproses atau mengolah dan memahami suatu informasi serta mengingatnya dalam memori. Dengan demikian efektif tidaknya suatu proses pembelajaran akan sangat terkait antara metode dan media pembelajaran yang digunakan guru dengan kecenderungan gaya belajar siswanya.
              Karakteristik gaya belajar seseorang cukup berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajarnya.  Murid yang belajar dengan mengunakan gaya belajar mereka yang dominan, ternyata mampu mencapai nilai tes yang jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat S. Nasution (2003: 93) yang mengemukakan bahwa: ”setiap metode mengajar bergantung pada cara atau gaya siswa belajar, pribadinya serta kesanggupannya.” Dengan demikian, guru dalam mengajar hendaknya memperhatikan gaya belajar atau ”learning style” siswa, yaitu cara siswa bereaksi dan menggunakan stimulus- stimulus yang diterima dalam proses pembelajaran.
              Peran guru sangatlah dibutuhkan untuk mendukung terciptanya suasana belajar mengajar yang menyenangkan aktif dan memungkinkan anak berprestasi secara maksimal. Sedangkan tingkat partisipasi yang dimaksud adalah keterlibatan siswa dalam menyikapi,memahami,mencerna materi yang disajikan dalam proses belajar. Bagaimanpun baiknya sarana pendidikan apabila guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik maka hasil pembelajaran tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Keberadaan guru didepan sebagai pemimpin bukan saja penting secara ideal tetapi juga secara fisik amat menentukan

1.4. Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran

              Lima dari banyak strategi belajar yang menurut Holt (1980) sering dipakai siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas. Pertama, Producer-thinker strategy (Strategi pencetus – pemikir). Istilah producer (pencetus) dipakai untuk menunjukkan siswa yang hanya mementingkan jawaban yang benar, dan untuk mendapatkan jawaban itu merekaberbuat apa saja misalnya memakai peraturan dan rumus secara sembarangan. Siswa semacam ini biasanya langsung mencuat dengan jawaban yang benar dan seringkali mundur ke sikap mengalah dan putus asa bila tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Istilah thinker (pemikir) adalah siswa yang berusaha memahami arti, kenyataan, atau apa saja yang sedang dipelajarinya. Pemikir biasanya lebih bersedia bekerja keras. Sayangnya, pengguna strategi pemikir lebih sedikit jika dibandingkan dengan pencetus (producer strategy).
              Kedua, Mumble strategy (Strategi komat-kamit). Strategi ini sering dipakai siswa dalam pelajaran bahasa di kelas yang besar. Strategi ini sangat bermanfaat untuk guru yang cerewet tentang aksen dan bangga akan aksen dirinya sendiri. Jika siswa diminta mengulangi kalimat, ada yang hanya membuka mulut tanpa mengucapkan bunyi yang jelas atau benar, dan tanpa memahami artinya. Guru akan menyangka semua siswanya mengikuti pelajaran dengan baik.
              Ketiga, Minimal strategy (Strategi meminimaksimalkan). Dengan strategi ini, siswa memanfaatkan peluang untuk menang seluas-luasnya (memaksimalkan), dan menekan serendah-rendahnya (meminimalkan) kekalahan kalau terpaksa harus kalah. Contoh : seorang siswa diminta untuk menentukan di titik mana ia harus menaruh suatu beban pada palang keseimbangan (balance beam) sehingga terjadi keseimbangan. Bila teman-temannya berpendapat bahwa palang itu tidak akan seimbang dengan titik pilihannya, makin lama ia makin tidak yakin akan pilihannya. Akhirnya, setelah semuanya berbicara dan ia harus memecahkan masalah itu, ia pun berkata dengan riang: "Saya pribadi juga berpendapat bahwa tidak akan terjadi keseimbangan."
              Keempat, Tried and true strategy of guess and look (Strategi coba dan benar
dengan tebakan dan pengamatan). Siswa seringkali terus terang dengan strategi yang
dipakainya untuk mendapatkan jawaban dari guru. Untuk melakukan tes terhadap siswa dalam hal jenis kata, guru membuat tiga kolom di papan tulis, masing-masing dengan 7 judul kata benda, kata sifat dan kata kerja. Kemudian memberi pertanyaan termasuk jenis kata apa suatu kata. Salah seorang siswa berkata, "Ibu telah menunjukkan jawabannya." Mungkin guru itu terkejut dan bertanya apa maksudnya. Sebenarnya guru tersebut tidak menunjuk, tetapi ia berdiri di samping kolom yang menjadi jawaban. Begitu guru mengucapkan suatu kata, siswa menyimak menghadap ke mana muka guru untuk menebak jawaban yang benar. Siswa tidak sepenuhnya belajar jenis kata, namun lebih mempelajari gerakan atau tingkah guru dalam mengajar. Bahkan dalam penyusunan soal tes, siswa sering mengamati jenis pertanyaan yang biasanya dibuat oleh guru, sehingga siswa hanya belajar bagian tertentu dari pelajaran tersebut.
              Kelima, Numeral shoving strategy (Strategi aduk angka). Siswa sering memakai strategi ini dalam pelajaran matematika atau berhitung. Walaupun anak-anak menjawab dengan benar, mereka seringkali tidak betul-betul mengerti masalahnya. Jika kita menanyakan dari mana mereka memperoleh jawaban itu, segera disadari bahwa mereka hanya mengaduk-aduk bahan pelajaran saja. Pada kenyataannya, siswa memakai strategi secara konsisten. Siswa yang terpandai memakai strategi tersebut, demikian juga siswa yang bodoh, dapat dipastikan selalu menggunakan strategi dalam belajar. Bahkan, setiap siswa cenderung akan memakai strategi tersebut bila dalam keadaan tertekan. Salah satu cara menjelaskan strategi ini adalah dengan menyebutkannya sebagai yang mementingkan jawaban (answer-centred) dan yang mementingkan persoalan (problem-centred). Perbedaan di antara kedua jenis siswa ini dapat dilihat dari persoalan yang dihadapinya. Kebanyakananak sekolah cenderung mementingkan persoalan adalah answer-centred dari padaproblem-centred. Mereka memandang masalah sebagai semacam pengumuman yangjawabannya ada di suatu tempat misterius nun jauh di sana, dan mereka harus pergi kesana untuk mencarinya.


1.5. Masalah yang Memengaruhi Pembelajaran Siswa

              Faktor utama yang mempengaruhi anak-anak menggunakan salah satu strategi belajar adalah guru. Lester Smith (1976;52) bersikukuh: "Practically everything we do in school tends to make children answer-centred" (Hampir semua hal yang kita lakukan di sekolah cenderung membuat anak-anak menjadi answer-centred). Ada tiga alasan yang berhubungan dengan masalah ini.
               Pertama, jawaban yang benar selalu mendapat ganjaran. Sekolah merupakan semacam tempat pemujaan bagi jawaban yang benar, dan cara untuk maju adalah mempersembahkan sebanyak-banyaknya jawaban benar di meja pemujaan.
              Kedua, kebanyakan guru pun answer-centred. Apa yang dilakukan guru adalah akibat apa yang telah diajarkan kepadanya, atau hal itulah yang selalu dilakukannya.
              Ketiga, bahkan guru yang tidak answer-centred pun mungkin tidak melihat perbedaan antara yang answer-centred dan yang problem-centred, apalagi mengerti betapa pentingnya hal itu. Jadi, cara mengajar siswa dan terutama substansi yang diberikan kepada anak-anak, akan mendorong mereka menggunakan strategi yang bersifat answer-centred.
              Strategi belajar merupakan akibat dari karakter siswa. Mereka menggunakan berbagai strategi dalam belajar disebabkan adanya suatu perasaan tertentu yang ingin diatasi, adanya harapan-harapan yang ingin dimiliki, adanya tantangan di kelas dan tantangan lain yang dirasakan. Suatu hal yang menjadi perhatian utama siswa adalah adanya keinginan untuk mempertahankan diri sendiri. Rasa ketakutan akan sangat berpengaruh pada strategi belajarnya. Hampir dapat dipastikan, bahwa strategi belajar siswa akan konsisten pada kepentingan diri dan pertahanan diri, yang semuanya ditujukan untuk menghindarkan diri dari kesulitan, rasa malu, hukuman, celaan, atau kehilangan status. Berbagai pertanyaan akan muncul pada siswa manakala mereka harus menjawab suatu pertanyaan. Pertanyaan yang muncul antara lain "Apakah yang akan terjadi padaku bila menjawab salah? Tidakkah guru akan marah? Apakah teman-teman tidak akan mentertawakan saya?”
               Siswa seharusnya dibebaskan dari rasa ketakutan atau kekhawatiran sehingga mampu menggunakan kemampuan dan penalarannya seoptimal mungkin. Sebagai ilustrasi misalnya tentara akan mampu mengontrol ketakutan, hidup di tengah ketakutan, menaklukkan rasa takutnya, dan sangat dimungkinkan justru ketakutannya menimbulkan strategi perang yang baik. Namun, ada perbedaan yang sangat mendasar antara sekolah dan perang. Siswa dalam menyesuaikan diri dengan perasaan takut akan berakibat buruk dan menghancurkan kemampuan mereka. Sedangkan prajurit yang ketakutan dapat menjadi penyerang yang terbaik, namun pelajar yang ketakutan akan selalu menjadi siswa yan bodoh.
              Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar dibedakan menjadi tiga macam, yakni :
1. Faktor Internal Siswa
Meliputi dua aspek, yakni :
1) Aspek Fisiologis (yang bersifat jasmaniah). Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
2) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah), meliputi:
a)Tingkat kecerdasan/intelegensi siswa.
              Menurut (Reber, 1988) bahwa intelegensi diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat
b) Sikap siswa.
              Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
c) Bakat siswa
Menurut (Chaplin, 1972; Reber, 1988) bahwa bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
d) Minat siswa.
              Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah popular dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan
e) Motivasi siswa.
              Merupakan keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu (pemasok daya). Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : Motivasi intrinsik: Hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang mendorongnya untuk belajar. Motivasi ekstrinsik: Hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk belajar.
2. Faktor Eksternal Siswa
Terdiri atas dua macam yaitu:
a.       Lingkungan Sosial.
              Para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas yang dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
b. Lingkungan Nonsosial
              Gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.
3. Faktor Pendekatan Belajar
              Merupakan cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.



BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
              Guru merupakan pendidik yang dijadikan sebagai teladan bagi siswanya. Tugas guru disekolah adalah sebagai pengajar dan pembimbing. Dalam hal ini guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar mengajar. Karaketeristik masing-masing siswa dalam belajar berbeda-beda. Karakteristik gaya belajar seseorang cukup berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajarnya.  Dengan mengenal masing-masing karakteristik murid dalam proses pembelajaran, dapat membantu guru untuk menentukan cara pembelajran yang sesuai. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi siswa dalam proses belajar, sehinga dapat memengaruhi pembelajaran. Salah satunya, faktor internal dan faktor eksternal.
3.2. Saran
              Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahsan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang berbaik hati memeberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan selanjutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Memahami Karakteristik Siswa. http://edukasi. http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/06/memahami-karakteristik-siswa/diakses 16/12/12.
Anonim. 2011. Masalah-masalah Belajar Siswa. http://konselingindonesia./masalah-masalah-belajar-siswa.html/ diakses 15/12/12.
Bakharuddin. 2012. Meningkatkan Kreatifitas Guru dan Siswa. http://www.bakharuddin.net/2012/06/meningkatkan-kreatifitas-guru-dan-siswa.html/ diakses 15/12/12.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Firdayati. 2012. Memahami Karakteristik  gaya belajar. http://firdayatismpn3metro. blogspot.com/2012/04/memahami-karakteristik-gaya-belajar.html/ diakses15/12/12.
Sahara, H. 1992. Pengantar Pendidikan I. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana.
Sudjana, Nana. 1995. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.