Senin, 17 November 2014

Laporan Suhu tubuh hewan




I.          JUDUL PRAKTIKUM
Suhu tubuh hewan
II.       TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui pengaruh beberapa faktor terhadap suhu tubuh hewan
III.    DASAR TEORI
Aves termasuk kedalam filum hewan Chordata subfilum vertebrata. Dikatakan Chordata karena mempunyai notokord (korda dorsalis), sistem saraf, ekor, dan celah farinx. Tubuh Aves simetris bilateral terdiri atas kepala, leher, badan, dan ekor. Badan dilindungi oleh kulit yang berbulu. Pada sayap dan ekor, bulu gugur dalam pasangan-pasangan yang simetris. Bulu yang hanya tumbuh pada tempat tertentu disebur apteria. Aves memilki kanting suara (sirinx) yang terdapat pada percabangan trakea, digerakkan oleh otot siringialis dengan dinding trakea sebelah dalam dan otot sterno trakhealis. Aves termasuk hewan homoiterm (hewan berdarah panas). Suhu tubuh tetap, sekitar 40,50 C.mampu melindungi telur dan anak-anaknya (Radiopoetro, 1996).
Aves mempunyai beberapa mekanisme yang mengatur pertukaran panas dengan lingkungan. Vasodilatasi dan vasokontriksi mempengaruhi pertukaran panas dan bisa juga mempengaruhi suhu regional di dalam tubuhnya. Kekuatan atau daya insulasi lapisan bulu atau rambut tergantung pada berapa banyak udara diam yang terjerat dalam lapisan tersebut. Dengan demikian, sebagian besar mamalia dan burung darat bereaksi terhadap keadaan dingin dengan menegakkan bulu (Campbell, 2004).
Suhu merupakan salah satu faktor fisika yang sangat penting di dalam air karena bersama-sama dengan zat/unsur yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air, densitas air, kejenuhan air, mempercepat reaksi kimia air, dan memengaruhi jumlah oksigen terlarut di dalam air (Wardoyo, 2005). Suhu tinggi yang masih dapat ditoleransi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres yang menyebabkan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal (Irianto, 2005). Menurut Kordi (2000), perubahan suhu sebesar 5° C di atas normal dapat menyebabkan stres pada ikan bahkan kerusakan jaringan dan kematian (Aliza, 2013).
Stres merupakan respon pertahanan pada ikan. Berbagai sumber stres dapat berupa faktor lingkungan seperti: suhu, cahaya, pemeliharaan, penangkapan, dan transpor (Farida dkk., 2010). Stress dapat memicu kerusakan fisiologis yang tidak terbatas. Hal ini dapat terjadi pada keadaan peningkatan suhu lingkungan. Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan pertumbuhan organisme (Wiryanta, 2010) (Sutari, 2013).
Tubuh memiliki mekanisme untuk mempertahankan suhu pada kondisi normal. Temperatur tubuh dikontrol oleh pusat termoregulasi dalam hipotalamus yang menerima input dari 2 set termoreseptor yaitu reseptor di hipotalamus sendiri yang memonitor temperatur darah yang melewati otak (temperature inti), dan reseptor di kulit (khususnya di tubuh) yang memonitor temperatur eksternal. Kedua set informasi ini dibutuhkan agar tubuh dapat membuat penyesuaian yang tepat. Pusat termoregulasi mengirim impuls ke beberapa efektor yang berbeda untuk menyesuaikan temperatur tubuh. Dalam keadaan normal termostat di hipotalamus selalu diatur pada set point ± 37° C (Susanti, 2012).
Adaptasi perilaku terjadi pada suhu 24-30 0C. Di atas suhu tersebut ayam sudah tidak mampu lagi mengatasi suhu tubuh yang terus meninggi, sehingga pada tahap tersebut akan terjadi adaptasi berupa perubahan biokimiawi, seperti penurunan Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan vitellogenin, yang merupakan faktor penting untuk sintetis kuning telur, dengan demikian secara praktis berat dan ukuran kuning telur akan berkurang. Selama stres panas metabolisme dalam tubuh berlangsung cepat sehingga membutuhkan banyak oksigen (O2), sedangkan karbondioksida (CO2) dalam darah menurun. Oksidasi asam lemak (glukoneogenesis) meningkat untuk memenuhi tuntutan energi (Djarubito, 1989).





IV.    METODOLOGI PRKTIKUM
4.1. Alat dan Bahan
·         Alat : termometer, timbangan, timba
·         Bahan : Ayam betina jantan ukuran dewasa,sedang dan kecil, air, tali rafia
4.2.Cara kerja










           


V.       HASIL PENGAMATAN
1.      Pengaruh gerakan terhadap suhu tubuh ayam
Kel
Jenis kelamin ayam
Umur
Berat
Suhu 0C
Awal
1
2
3
1
Jantan
Anak ayam
257, 3 gr
42
42,2
41,4
41,5
2
Betina
Remaja
500 gr
41,5
41,5
41,5
41,5
3
Jantan
Muda
1 kg
42
>42
>42
>42
4
Betina
Anak ayam
176 gr
40,6
40,8
41
41,6
5
Jantan
Remaja
1 kg
40,5
40,8
40,9
41,9
6
Betina
Remaja
577,8 gr
42
40,9
41,1
40,2
7
Jantan
Dewasa
2,5 kg
41,7
42,6
42,7
42,2
8
Betina
Dewasa
1,5 kg
41,2
42
40,4
41,9

2.      Pengaruh perendaman terhadap suhu tubuh ayam

Kel
Jenis kelamin ayam
Umur
Berat
Suhu 0C
Awal
1
2
3
1
Jantan
Anak ayam
257, 3 gr
41,5
34,5
36,5
35
2
Betina
Remaja
500 gr
41,5
39,2
36,1
35,9
3
Jantan
Muda
1 kg
42
41,8
41
40
4
Betina
Anak ayam
176 gr
40,6
41,6
37
36
5
Jantan
Remaja
1 kg
41,9
35,3
39,4
39,5
6
Betina
Remaja
577,8 gr
42
36,6
35
35
7
Jantan
Dewasa
2,5 kg
42,2
39,3
37,9
37,1
8
Betina
Dewasa
1,5 kg
41,9
37,9
36
35,5



VI.    PEMBAHASAN
Suhu tubuh pada hewan memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Ada hewan yang suhunya  mengikuti suhu tubuh lingkungan dan ada yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Suhu tubuh didalam hewan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Oleh karena itu, untuk mengerathui faktor-faktor yang terdapat dalam suhu tubuh hewan dilakukan percobaan praktikum tentang suhu tubuh hewan pada ayam yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor terhadap suhu tubuh hewan. Pada praktikum ini, ayam digunakan adalah ayam jantan dan betina usia dewasa, remaja dan anak-anak. Pada praktikum ini dilakukan dua perlakuan yaitu dengan perlakuan ayam dibuat berlari dan berterbangan selama 5 menit dan perendaman dalam air selama 5 menit.
Bahannya yaitu ayam yang sudah ditentukan perkelompok. Setelah semua kelompok siap dengan  bahan  yang dibawa masing-masing, kemudian menimbang masing-masing ayam yang dibawa. Selanjutnya yaitu menyiapakn termometer dan menurunkan air raksa dari thermometer tersebut dengan cara digoyang-goyang, setelah itu ayam tersebut diukur suhunya dengan cara memasukkan termometer ke dalam kloaka ayam. Setelah itu ayam tersebut dilari terbangkan selama 5 menit. Setelah itu memasukkan termometer ke dubur ayam. Lalu melanjutkan kegiatan tadi sebanyak 3 kali pengulangan. Selanjutnya yaitu untuk yang perendaman. Seperti pada praktikum sebelumnya, yang menjadi pembeda dalam perlakuan ini yaitu ayam tersebut setelah diukur suhunya kemudian direndam pada air selma 5 menit. Kegiatan ini juga diulangi sebanyak 3x pengulangan.
Ayam termasuk golongan hewan berdarah panas (endotermik/ homoioternik) yang suhu tubuhnya diatur dalam suatu batasan yang sesuai. Secara normal, suhu tubuh ayam dewasa berkisar mulai dari 41-410 C dengan variasi 1,50 C.
Dari hasil pengamatan  didapatkan data pada gerak tubuh ayam jantan dan betina :
·         Anak ayam  pada kelompok 1 dan kelompok 4. Didapatkan berat ayam jantan 257,3 gram dengan suhu awal 420C, suhu pertama 42.20C, suhu kedua 41.40C, suhu ketiga 41.50C. Dan berat  ayam betina dengan berat 176 gram dengan suhu awal 40.60C, suhu pertama 40.80C kedua 410C, suhu ketiga 41.60C.
Dari hasil pengamatan diatas, pada ayam jantan memiliki berat yang lebih daripada ayam betina, dan menunjukkan suhu awal jantan lebih tinggi daripada suhu awal betina. Pada anak ayam betina mengalami kenaikan suhu sedangkan pada ayam jantan mengalami penurunan nanmun kemudian naik lagi. Aktifitas gerak yang dihasilkan oleh tubuh akan menghasilkan panas karena energi yang dibutuhkan lebih banyak, sehingga saat pengukuran dengan termometer menunjukkan kenaikan suhu.
·         Ayam remaja pada kelompok 2, 5 dan kelompok 6. Didapatkan berat ayam betina pada kelompok 2 adalah 500 gram, dengan suhu awal hingga suhu ketiga pengulangan tetap 41.50C. didapatkan berat ayam jantan pada kelompok 5 adalah 1 kg, dengan suhu awal  40.50C, suhu pertama 40.80C, suhu kedua 40.90C dan suhu ketiga 41.90C. didapatkan berat ayam betina pada kelompok 6 adalah 577,8 gram, suhu awal 420C, suhu pertama 40.90C, suhu kedua 41.10C, suhu ketiga 40.20C.
Selanjutnya hasil dari pengamatan diatas, ayam remaja betina memiliki berat badana yang lebih rendah daripada ayam jantan, dan menunjukkan suhu awal yang berbeda pula. Pada kelompok 5 suhu ayam setelah di terbang larikan mengalami kenaikan suhu, sedangkan pada kelompok 6 mengalami penurunan dan kelompok 2 tetap. Aktifitas gerak yang dihasilkan oleh tubuh akan menghasilkan panas karena energi yang dibutuhkan lebih banyak, sehingga saat pengukuran dengan termometer menunjukkan kenaikan suhu, sehingga pada kelompok 2 dan 6 kurang sesuai.
·         Ayam muda pada kelompok 3 didapatkan berat 1 kg dengan suhu awal 420C, suhu pertama hingga suhu ketiga lebih dari 420C.
Hasil dari pengamatan diatas, hanya kelompok 3 yang menggunakan ayam kecil dengan suhu relatif tetap. Hal ini tidak sesuai, karena saat tubuh bergerak akan membakar energi yang mengahsilkan panas tubuh.
·         Ayam dewasa pada kelompok 7 dan kelompok 8. Didapatkan berat ayam jantan pada kelompok 7 2,5 kg dengan suhu awal 41.70C, suhu pertama 42.60C, suhu kedua 42.70C, suhu ketiga 42.20C. Didapatkan berat ayam betina pada kelompok 8 dengan berat 1,5 kg dengan suhu awal 41.20C, suhu kedua 420C, suhu ketiga 40.40C, suhu ketiga 41.90C.
Hasil dari pengamatan diatas berat betina lebih kecil daripada berat jantan dan suhu awal betina lebih kecil dari suhu awal jantan. Dari kedua ayam tersebut, terjadi fluktuasi suhu naik turun. Hal ini kurang sesuai dengan teori, seharusnya semakin lama perlakuannya maka semakin panas suhu yang diperoleh, karena saat tubuh bergerak akan membakar energi yang mengahsilkan panas tubuh. Suhu tubuh ayam remaja seharusnya lebih tinggi dari dewsa dan anak-anak, karena produktivitas masih tinggi sedangkan pada ayam dewasa sudah menurun dan anak-anak masih rendah.
Kenaikan suhu pada perlakuan pengaruh gerakan yang berupa aktivitas lari atau diterbangkan, disebabkan karena adanya aktivitas yang mendorong laju metabolisme semakin cepat dan produksi panas dalam tubuh semakin besar. Berdasarkan literatur, mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. Di dalam pengaturan suhu tubuh, terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yaitu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh. Dari kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke saraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, di mana isyarat diterima kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah. Oleh karena itu, suhu tubuh di dalam hewan (ayam) tersebut akan meningkat.
Dari hasil pengamatan perendaman ayam betina dan jantan :
·         Anak ayam  pada kelompok 1 dan kelompok 4. Didapatkan berat ayam jantan 257,3 gram dengan suhu awal 41.50C, suhu pertama 34.50C, suhu kedua 36.50C, suhu ketiga 350C. Dan berat  ayam betina dengan berat 176 gram dengan suhu awal 40.60C, suhu pertama 41.60C kedua 370C, suhu ketiga 360C.
Dari hasil pengamata diatas berat jantan lebih besar dari betina, dan suhu awal berat jantan lebih besar dari betina. Suhu setelah perendaman pada anak ayam kelompok 4 mengalamipenurunan suhu sedangkan pada kelompok 1 mengalami naik turun. Suhu hasil lari dan perendaman memiliki perbedaan, dimana suhu setelah perendaman ayam lebih rendah. Hal ini karena dipengaruhi faktor lingkungan ayam. Ayam merupakan hewan homoiotermik, meskipun dia dipengaruhi oleh suhu lingkungan dia akan berubah suhu namun tetap menjaga pada titik toleransinya, suhu ayam tidak berubah seperti suhu lingkungan.
·         Ayam remaja pada kelompok 2, 5 dan kelompok 6. Didapatkan berat ayam betina pada kelompok 2 adalah 500 gram, dengan suhu awal 41.50C, suhu pertama 39.20C, suhu kedua 36.10C, suhu ketiga 35.90C. didapatkan berat ayam jantan pada kelompok 5 adalah 1 kg, dengan suhu awal pertama 41.90C, suhu pertama 35.30C, suhu kedua 39.40C dan suhu ketiga 39.50C. Didapatkan berat ayam betina pada kelompok 6 adalah 577,8 kg dengan suhu awal 420C, suhu pertama 49.30C, suhu kedua 37.90C, suhu ketiga 37.10C.
Dari hasil diatas, brat ayam betina separuh dari berat ayam jantan dan suhu awal ayam jantan lebih tinggi dari suhu awal betina. Suhu ayam betina kelompok 2 mengalami penurunan, dan suhu ayam jantan kelompok 5 mengalami naik turun dan ayam betina kelompok 6 mengalami penurunan meskipun pada suhu awal suhu tinggi. Seharusnya, saat terdapat pengaruh dinginh dari luar suhu ayam rendah, namun tingkat kerendahan hanya berjarak 0.50C hingga 1.50C karena ayam hewan homoiotermik.
·         Ayam muda pada kelompok 3 didapatkan berat 1 kg dengan suhu awal 420C, suhu pertama 41.80C, suhu kedua 410C, suhu ketiga 400C.
Dari hasil diatas, ditunjukkan bahwa suhu anak ayam mengalami penurunan sedikit demi sedikit. Hal ini sesuai karena ayam hewan homoiotermik.
·         Ayam dewasa pada kelompok 7 dan kelompok 8. Didapatkan berat ayam jantan pada kelompok 7 2,5 kg dengan suhu awal 42.20C, suhu pertama 39.30C, suhu kedua 37.90C, suhu ketiga 37.10C. Didapatkan berat ayam betina pada kelompok 8 dengan berat 1,5 kg dengan suhu awal 41.90C, suhu pertama 37.90C, suhu kedua 360C, suhu ketiga 35.50C.
Dari hasil diatas didapatkan ayam dewasa jantan lebih berat dari betina dan suhu awal jantan lebih besar dari betina. Ayam jantan kelompok 7 mengalami penurunan suhu begitu juga ayam betina. Hal ini sesuai, karena tingkat penurunan suhu hanya berkisar antara 0.50C hingga 1.50C karen ayam homoiotermik. Meskipun dia berubah suhu karena lingkungan, perubahan suhu tidak akan berubah drastis mengikuti suhu lingkungan.
Suhu tubuh hewan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi suhu tubuh hewan adalah kondisi lingkungan. Sedangkan faktor dalam yang mempengaruhi suhu tubuh hewan berkaitan dengan aktivitas metabolisme dan produksi panas di dalam tubuh hewan itu sendiri. Semakin besar laju metabolisme, maka produksi panas akan meningkat sehingga suhu tubuh juga akan naik.
Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi suhu tubuh hewan yaitu jenis kelamin, berat badan dan faktor usia. Namun dalam percobaan ini, jenis kelamin, berat badan, dan usia adalah berkaitan dengan bentuk aktivitas yang dilakukan, sehingga tidak dapat disimpulkan bahwa suhu tubuh ayam yang berjenis kelamin jantan harus harus lebih tinggi dari pada suhu tubuh ayam yang betina. Tetapi biasanya aktivitas ayam jantan lebih aktif daripada ayam betina maka banyak yang mengatakan bahwa suhu tubuh jantan lebih tinggi dari pada suhu tubuh betina. Selanjutnya yaitu faktor usia dan berat badan. Untuk faktor usia, berdasarkan data hasil pengamatan pada ayam dengan usia remaja perubahan suhu yang terjadi setelah lari dan beterbangan suhu tubuhnya paling tinggi daripada ayam yang usia dewasa dan anak-anak karena aktivitas ayam remaja yang sangat aktif. Untuk faktor berat badan, biasanya hewan yang memiliki berat badan yang ringan akan beraktivitas lebih aktif daripada yang berat badannya besar, sehingga suhu tubuhnya lebih tinggi pada hewan yang memiliki berat badan yang kecil atau ringan.




VII. PENUTUP
7.1. Kesimpulan
                 Beberapa pengaruh faktor terhadap suhu tubuh hewan yaitu Pengaruh gerakan terhadap suhu tubuh ayam menyebabkan suhu tubuh ayam meningkat dari suhu awal. Pengaruh perendaman terhadap suhu tubuh ayam menyebabkan suhu ayam menurun dari suhu awal. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ayam yaitu lingkungan, usia, aktivitas, jenis kelamin, dan proses metabolisme serta produksi panas di dalam tubuh.
7.2.Saran
Dalam melakukan percobaan ini terlebih dahulu dipahami bagaimana prosedur kerjanya dan dalam melakukan percobaan diperlukan ketelitian dalam membaca skala termometer, agar hasil pengamatan yang diperoleh sesuai dengan teori dan tujuan yang ingin dicapai.




DAFTAR PUSTAKA
Aliza, Dwinna., dkk. 2013. Efek Peningkatan Suhu Air Terhadap Perubahan Perilaku, Patologi Anatomi, dan Histopatologi Insang Ikan N0ila (oreochromis niloticus). Jurnal Medika Veterinaria. Vol. 7 (2). ISSN : 0853-1943 142          

Campbell, dkk. 2004. Biologi Edisi kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Djarubito, Mukayat.  1989.Zoologi Dasar.  Jakarta: Erlangga.

Radiopoetro.1996. Zoologi. Jakarta: Erlangga

Susanti, Nurlaili. 2012. Efektifitas Kompres Dingin dan Hangat Pada Penataleksanaan Demam Sainstis. Vol 1 (1). Issn: 2089-0699

Sutari, Vara Tassa., dkk. 2013. Kadar Malondialdehid (mda) Pada Jaringan Hati Ikan Nila (oreochromis niloticus) Yang Diberi Cekaman Panas  dan Pakan Suplementasi Tepung Daun Jaloh  (salix tetrasperma roxb). Jurnal Medika Veterinaria. Vol. 7 (1). ISSN : 0853-1943 35


Tidak ada komentar: