I.
JUDUL PRAKTIKUM
Suhu
tubuh hewan
II.
TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui
pengaruh beberapa faktor terhadap suhu tubuh hewan
III.
DASAR TEORI
Aves termasuk kedalam
filum hewan Chordata subfilum vertebrata. Dikatakan Chordata karena mempunyai
notokord (korda dorsalis), sistem saraf, ekor, dan celah farinx. Tubuh Aves
simetris bilateral terdiri atas kepala, leher, badan, dan ekor. Badan dilindungi
oleh kulit yang berbulu. Pada sayap dan ekor, bulu gugur dalam
pasangan-pasangan yang simetris. Bulu yang hanya tumbuh pada tempat tertentu
disebur apteria. Aves memilki kanting suara (sirinx) yang terdapat pada
percabangan trakea, digerakkan oleh otot siringialis dengan dinding trakea
sebelah dalam dan otot sterno trakhealis. Aves termasuk hewan homoiterm (hewan
berdarah panas). Suhu tubuh tetap, sekitar 40,50 C.mampu melindungi
telur dan anak-anaknya (Radiopoetro, 1996).
Aves mempunyai beberapa mekanisme yang mengatur pertukaran panas dengan
lingkungan. Vasodilatasi dan vasokontriksi mempengaruhi pertukaran panas dan
bisa juga mempengaruhi suhu regional di dalam tubuhnya. Kekuatan atau daya
insulasi lapisan bulu atau rambut tergantung pada berapa banyak udara diam yang
terjerat dalam lapisan tersebut. Dengan demikian, sebagian besar mamalia dan
burung darat bereaksi terhadap keadaan dingin dengan menegakkan bulu (Campbell,
2004).
Suhu merupakan
salah satu faktor fisika yang sangat penting di dalam air karena bersama-sama
dengan zat/unsur yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air,
densitas air, kejenuhan air, mempercepat reaksi kimia air, dan memengaruhi
jumlah oksigen terlarut di dalam air (Wardoyo, 2005). Suhu tinggi yang masih dapat
ditoleransi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang,
misalnya stres yang menyebabkan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal
(Irianto, 2005). Menurut Kordi (2000), perubahan suhu sebesar 5° C di atas
normal dapat menyebabkan stres pada ikan bahkan kerusakan jaringan dan kematian
(Aliza, 2013).
Stres merupakan
respon pertahanan pada ikan. Berbagai sumber stres dapat berupa faktor
lingkungan seperti: suhu, cahaya, pemeliharaan, penangkapan, dan transpor
(Farida dkk., 2010). Stress dapat memicu kerusakan fisiologis yang tidak
terbatas. Hal ini dapat terjadi pada keadaan peningkatan suhu lingkungan. Suhu
atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan pertumbuhan
organisme (Wiryanta, 2010) (Sutari, 2013).
Tubuh memiliki
mekanisme untuk mempertahankan suhu pada kondisi normal. Temperatur tubuh
dikontrol oleh pusat termoregulasi dalam hipotalamus yang menerima input dari 2
set termoreseptor yaitu reseptor di hipotalamus sendiri yang memonitor
temperatur darah yang melewati otak (temperature inti), dan reseptor di kulit
(khususnya di tubuh) yang memonitor temperatur eksternal. Kedua set informasi
ini dibutuhkan agar tubuh dapat membuat penyesuaian yang tepat. Pusat
termoregulasi mengirim impuls ke beberapa efektor yang berbeda untuk
menyesuaikan temperatur tubuh. Dalam keadaan normal termostat di hipotalamus
selalu diatur pada set point ± 37° C (Susanti, 2012).
Adaptasi perilaku terjadi pada suhu 24-30 0C.
Di atas suhu tersebut ayam sudah tidak mampu lagi mengatasi suhu tubuh yang
terus meninggi, sehingga pada tahap tersebut akan terjadi adaptasi berupa
perubahan biokimiawi, seperti penurunan Very
Low Density Lipoprotein (VLDL) dan vitellogenin,
yang merupakan faktor penting untuk sintetis kuning telur, dengan demikian
secara praktis berat dan ukuran kuning telur akan berkurang. Selama stres panas
metabolisme dalam tubuh berlangsung cepat sehingga membutuhkan banyak oksigen
(O2), sedangkan karbondioksida (CO2) dalam darah menurun.
Oksidasi asam lemak (glukoneogenesis) meningkat untuk memenuhi tuntutan energi (Djarubito, 1989).
IV.
METODOLOGI PRKTIKUM
4.1. Alat dan Bahan
·
Alat : termometer, timbangan, timba
·
Bahan : Ayam betina jantan ukuran
dewasa,sedang dan kecil, air, tali rafia
4.2.Cara
kerja
V.
HASIL PENGAMATAN
1.
Pengaruh gerakan terhadap suhu tubuh
ayam
Kel
|
Jenis kelamin ayam
|
Umur
|
Berat
|
Suhu 0C
|
|||
Awal
|
1
|
2
|
3
|
||||
1
|
Jantan
|
Anak ayam
|
257, 3 gr
|
42
|
42,2
|
41,4
|
41,5
|
2
|
Betina
|
Remaja
|
500 gr
|
41,5
|
41,5
|
41,5
|
41,5
|
3
|
Jantan
|
Muda
|
1 kg
|
42
|
>42
|
>42
|
>42
|
4
|
Betina
|
Anak ayam
|
176 gr
|
40,6
|
40,8
|
41
|
41,6
|
5
|
Jantan
|
Remaja
|
1 kg
|
40,5
|
40,8
|
40,9
|
41,9
|
6
|
Betina
|
Remaja
|
577,8 gr
|
42
|
40,9
|
41,1
|
40,2
|
7
|
Jantan
|
Dewasa
|
2,5 kg
|
41,7
|
42,6
|
42,7
|
42,2
|
8
|
Betina
|
Dewasa
|
1,5 kg
|
41,2
|
42
|
40,4
|
41,9
|
2.
Pengaruh perendaman terhadap suhu tubuh
ayam
Kel
|
Jenis kelamin ayam
|
Umur
|
Berat
|
Suhu 0C
|
|||
Awal
|
1
|
2
|
3
|
||||
1
|
Jantan
|
Anak ayam
|
257, 3 gr
|
41,5
|
34,5
|
36,5
|
35
|
2
|
Betina
|
Remaja
|
500 gr
|
41,5
|
39,2
|
36,1
|
35,9
|
3
|
Jantan
|
Muda
|
1 kg
|
42
|
41,8
|
41
|
40
|
4
|
Betina
|
Anak ayam
|
176 gr
|
40,6
|
41,6
|
37
|
36
|
5
|
Jantan
|
Remaja
|
1 kg
|
41,9
|
35,3
|
39,4
|
39,5
|
6
|
Betina
|
Remaja
|
577,8 gr
|
42
|
36,6
|
35
|
35
|
7
|
Jantan
|
Dewasa
|
2,5 kg
|
42,2
|
39,3
|
37,9
|
37,1
|
8
|
Betina
|
Dewasa
|
1,5 kg
|
41,9
|
37,9
|
36
|
35,5
|
VI.
PEMBAHASAN
Suhu
tubuh pada hewan memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Ada hewan yang
suhunya mengikuti suhu tubuh lingkungan
dan ada yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Suhu tubuh didalam hewan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Oleh karena itu, untuk mengerathui
faktor-faktor yang terdapat dalam suhu tubuh hewan dilakukan percobaan
praktikum tentang suhu tubuh hewan pada ayam yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh beberapa faktor terhadap suhu tubuh hewan. Pada praktikum ini, ayam
digunakan adalah ayam jantan dan betina usia dewasa, remaja dan anak-anak. Pada
praktikum ini dilakukan dua perlakuan yaitu dengan perlakuan ayam dibuat
berlari dan berterbangan selama 5 menit dan perendaman dalam air selama 5
menit.
Bahannya
yaitu ayam yang sudah ditentukan perkelompok. Setelah semua kelompok siap
dengan bahan yang dibawa masing-masing, kemudian menimbang
masing-masing ayam yang dibawa. Selanjutnya yaitu menyiapakn termometer dan
menurunkan air raksa dari thermometer tersebut dengan cara digoyang-goyang,
setelah itu ayam tersebut diukur suhunya dengan cara memasukkan termometer ke
dalam kloaka ayam. Setelah itu ayam tersebut dilari terbangkan selama 5 menit.
Setelah itu memasukkan termometer ke dubur ayam. Lalu melanjutkan kegiatan tadi
sebanyak 3 kali pengulangan. Selanjutnya yaitu untuk yang perendaman. Seperti
pada praktikum sebelumnya, yang menjadi pembeda dalam perlakuan ini yaitu ayam
tersebut setelah diukur suhunya kemudian direndam pada air selma 5 menit. Kegiatan
ini juga diulangi sebanyak 3x pengulangan.
Ayam
termasuk golongan hewan berdarah panas (endotermik/ homoioternik) yang suhu
tubuhnya diatur dalam suatu batasan yang sesuai. Secara normal, suhu tubuh ayam
dewasa berkisar mulai dari 41-410 C dengan variasi 1,50
C.
Dari
hasil pengamatan didapatkan data pada
gerak tubuh ayam jantan dan betina :
·
Anak ayam pada kelompok 1 dan kelompok 4. Didapatkan
berat ayam jantan 257,3 gram dengan suhu awal 420C, suhu pertama
42.20C, suhu kedua 41.40C, suhu ketiga 41.50C.
Dan berat ayam betina dengan berat 176
gram dengan suhu awal 40.60C, suhu pertama 40.80C kedua
410C, suhu ketiga 41.60C.
Dari
hasil pengamatan diatas, pada ayam jantan memiliki berat yang lebih daripada
ayam betina, dan menunjukkan suhu awal jantan lebih tinggi daripada suhu awal
betina. Pada anak ayam betina mengalami kenaikan suhu sedangkan pada ayam
jantan mengalami penurunan nanmun kemudian naik lagi. Aktifitas gerak yang
dihasilkan oleh tubuh akan menghasilkan panas karena energi yang dibutuhkan
lebih banyak, sehingga saat pengukuran dengan termometer menunjukkan kenaikan
suhu.
·
Ayam remaja pada kelompok 2, 5 dan
kelompok 6. Didapatkan berat ayam betina pada kelompok 2 adalah 500 gram,
dengan suhu awal hingga suhu ketiga pengulangan tetap 41.50C.
didapatkan berat ayam jantan pada kelompok 5 adalah 1 kg, dengan suhu awal 40.50C, suhu pertama 40.80C,
suhu kedua 40.90C dan suhu ketiga 41.90C. didapatkan
berat ayam betina pada kelompok 6 adalah 577,8 gram, suhu awal 420C,
suhu pertama 40.90C, suhu kedua 41.10C, suhu ketiga 40.20C.
Selanjutnya
hasil dari pengamatan diatas, ayam remaja betina memiliki berat badana yang
lebih rendah daripada ayam jantan, dan menunjukkan suhu awal yang berbeda pula.
Pada kelompok 5 suhu ayam setelah di terbang larikan mengalami kenaikan suhu,
sedangkan pada kelompok 6 mengalami penurunan dan kelompok 2 tetap. Aktifitas
gerak yang dihasilkan oleh tubuh akan menghasilkan panas karena energi yang
dibutuhkan lebih banyak, sehingga saat pengukuran dengan termometer menunjukkan
kenaikan suhu, sehingga pada kelompok 2 dan 6 kurang sesuai.
·
Ayam muda pada kelompok 3 didapatkan
berat 1 kg dengan suhu awal 420C, suhu pertama hingga suhu ketiga
lebih dari 420C.
Hasil
dari pengamatan diatas, hanya kelompok 3 yang menggunakan ayam kecil dengan
suhu relatif tetap. Hal ini tidak sesuai, karena saat tubuh bergerak akan
membakar energi yang mengahsilkan panas tubuh.
·
Ayam dewasa pada kelompok 7 dan kelompok
8. Didapatkan berat ayam jantan pada kelompok 7 2,5 kg dengan suhu awal 41.70C,
suhu pertama 42.60C, suhu kedua 42.70C, suhu ketiga 42.20C.
Didapatkan berat ayam betina pada kelompok 8 dengan berat 1,5 kg dengan suhu
awal 41.20C, suhu kedua 420C, suhu ketiga 40.40C,
suhu ketiga 41.90C.
Hasil
dari pengamatan diatas berat betina lebih kecil daripada berat jantan dan suhu
awal betina lebih kecil dari suhu awal jantan. Dari kedua ayam tersebut,
terjadi fluktuasi suhu naik turun. Hal ini kurang sesuai dengan teori,
seharusnya semakin lama perlakuannya maka semakin panas suhu yang diperoleh,
karena saat tubuh bergerak akan membakar energi yang mengahsilkan panas tubuh.
Suhu tubuh ayam remaja seharusnya lebih tinggi dari dewsa dan anak-anak, karena
produktivitas masih tinggi sedangkan pada ayam dewasa sudah menurun dan
anak-anak masih rendah.
Kenaikan
suhu pada perlakuan pengaruh gerakan yang berupa aktivitas lari atau
diterbangkan, disebabkan karena adanya aktivitas yang mendorong laju
metabolisme semakin cepat dan produksi panas dalam tubuh semakin besar.
Berdasarkan literatur, mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan
fungsi dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. Di dalam pengaturan suhu
tubuh, terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yaitu sensor panas dan sensor
dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan
jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh. Dari kedua jenis sensor ini,
isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian
dikirim ke saraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas
untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi
umpan balik, di mana isyarat diterima kembali oleh sensor panas dan sensor
dingin melalui peredaran darah. Oleh karena itu, suhu tubuh di dalam hewan
(ayam) tersebut akan meningkat.
Dari
hasil pengamatan perendaman ayam betina dan jantan :
·
Anak ayam pada kelompok 1 dan kelompok 4. Didapatkan
berat ayam jantan 257,3 gram dengan suhu awal 41.50C, suhu pertama
34.50C, suhu kedua 36.50C, suhu ketiga 350C.
Dan berat ayam betina dengan berat 176
gram dengan suhu awal 40.60C, suhu pertama 41.60C kedua
370C, suhu ketiga 360C.
Dari
hasil pengamata diatas berat jantan lebih besar dari betina, dan suhu awal
berat jantan lebih besar dari betina. Suhu setelah perendaman pada anak ayam
kelompok 4 mengalamipenurunan suhu sedangkan pada kelompok 1 mengalami naik
turun. Suhu hasil lari dan perendaman memiliki perbedaan, dimana suhu setelah
perendaman ayam lebih rendah. Hal ini karena dipengaruhi faktor lingkungan
ayam. Ayam merupakan hewan homoiotermik, meskipun dia dipengaruhi oleh suhu
lingkungan dia akan berubah suhu namun tetap menjaga pada titik toleransinya,
suhu ayam tidak berubah seperti suhu lingkungan.
·
Ayam remaja pada kelompok 2, 5 dan
kelompok 6. Didapatkan berat ayam betina pada kelompok 2 adalah 500 gram,
dengan suhu awal 41.50C, suhu pertama 39.20C, suhu kedua
36.10C, suhu ketiga 35.90C. didapatkan berat ayam jantan
pada kelompok 5 adalah 1 kg, dengan suhu awal pertama 41.90C, suhu
pertama 35.30C, suhu kedua 39.40C dan suhu ketiga 39.50C.
Didapatkan berat ayam betina pada kelompok 6 adalah 577,8 kg dengan suhu awal 420C,
suhu pertama 49.30C, suhu kedua 37.90C, suhu ketiga 37.10C.
Dari
hasil diatas, brat ayam betina separuh dari berat ayam jantan dan suhu awal
ayam jantan lebih tinggi dari suhu awal betina. Suhu ayam betina kelompok 2
mengalami penurunan, dan suhu ayam jantan kelompok 5 mengalami naik turun dan
ayam betina kelompok 6 mengalami penurunan meskipun pada suhu awal suhu tinggi.
Seharusnya, saat terdapat pengaruh dinginh dari luar suhu ayam rendah, namun
tingkat kerendahan hanya berjarak 0.50C hingga 1.50C
karena ayam hewan homoiotermik.
·
Ayam muda pada kelompok 3 didapatkan
berat 1 kg dengan suhu awal 420C, suhu pertama 41.80C,
suhu kedua 410C, suhu ketiga 400C.
Dari
hasil diatas, ditunjukkan bahwa suhu anak ayam mengalami penurunan sedikit demi
sedikit. Hal ini sesuai karena ayam hewan homoiotermik.
·
Ayam dewasa pada kelompok 7 dan kelompok
8. Didapatkan berat ayam jantan pada kelompok 7 2,5 kg dengan suhu awal 42.20C,
suhu pertama 39.30C, suhu kedua 37.90C, suhu ketiga 37.10C.
Didapatkan berat ayam betina pada kelompok 8 dengan berat 1,5 kg dengan suhu
awal 41.90C, suhu pertama 37.90C, suhu kedua 360C,
suhu ketiga 35.50C.
Dari
hasil diatas didapatkan ayam dewasa jantan lebih berat dari betina dan suhu
awal jantan lebih besar dari betina. Ayam jantan kelompok 7 mengalami penurunan
suhu begitu juga ayam betina. Hal ini sesuai, karena tingkat penurunan suhu
hanya berkisar antara 0.50C hingga 1.50C karen ayam
homoiotermik. Meskipun dia berubah suhu karena lingkungan, perubahan suhu tidak
akan berubah drastis mengikuti suhu lingkungan.
Suhu
tubuh hewan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor luar dan faktor
dalam. Faktor luar yang mempengaruhi suhu tubuh hewan adalah kondisi
lingkungan. Sedangkan faktor dalam yang mempengaruhi suhu tubuh hewan berkaitan
dengan aktivitas metabolisme dan produksi panas di dalam tubuh hewan itu
sendiri. Semakin besar laju metabolisme, maka produksi panas akan meningkat
sehingga suhu tubuh juga akan naik.
Faktor lain yang juga
dapat mempengaruhi suhu tubuh hewan yaitu jenis kelamin, berat badan dan faktor
usia. Namun dalam percobaan ini, jenis kelamin, berat badan, dan usia adalah
berkaitan dengan bentuk aktivitas yang dilakukan, sehingga tidak dapat
disimpulkan bahwa suhu tubuh ayam yang berjenis kelamin jantan harus harus
lebih tinggi dari pada suhu tubuh ayam yang betina. Tetapi biasanya aktivitas
ayam jantan lebih aktif daripada ayam betina maka banyak yang mengatakan bahwa
suhu tubuh jantan lebih tinggi dari pada suhu tubuh betina. Selanjutnya yaitu
faktor usia dan berat badan. Untuk faktor usia, berdasarkan data hasil
pengamatan pada ayam dengan usia remaja perubahan suhu yang terjadi setelah
lari dan beterbangan suhu tubuhnya paling tinggi daripada ayam yang usia dewasa
dan anak-anak karena aktivitas ayam remaja yang sangat aktif. Untuk faktor
berat badan, biasanya hewan yang memiliki berat badan yang ringan akan
beraktivitas lebih aktif daripada yang berat badannya besar, sehingga suhu
tubuhnya lebih tinggi pada hewan yang memiliki berat badan yang kecil atau
ringan.
VII. PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Beberapa pengaruh faktor terhadap suhu tubuh hewan
yaitu Pengaruh gerakan terhadap suhu tubuh ayam menyebabkan suhu tubuh ayam
meningkat dari suhu awal. Pengaruh perendaman terhadap suhu tubuh ayam
menyebabkan suhu ayam menurun dari suhu awal. Faktor-faktor yang mempengaruhi
suhu tubuh ayam yaitu lingkungan, usia, aktivitas, jenis kelamin, dan proses
metabolisme serta produksi panas di dalam tubuh.
7.2.Saran
Dalam
melakukan percobaan ini terlebih dahulu dipahami bagaimana prosedur kerjanya
dan dalam melakukan percobaan diperlukan ketelitian dalam membaca skala
termometer, agar hasil pengamatan yang diperoleh sesuai dengan teori dan tujuan
yang ingin dicapai.
DAFTAR
PUSTAKA
Aliza, Dwinna., dkk. 2013. Efek
Peningkatan Suhu Air Terhadap Perubahan Perilaku, Patologi Anatomi, dan
Histopatologi Insang Ikan N0ila (oreochromis niloticus). Jurnal Medika Veterinaria. Vol. 7 (2). ISSN : 0853-1943
142
Campbell, dkk.
2004. Biologi Edisi kelima Jilid 3.
Jakarta: Erlangga.
Djarubito,
Mukayat. 1989.Zoologi Dasar. Jakarta:
Erlangga.
Radiopoetro.1996. Zoologi. Jakarta: Erlangga
Susanti, Nurlaili. 2012.
Efektifitas Kompres Dingin dan Hangat Pada Penataleksanaan Demam Sainstis. Vol 1 (1). Issn: 2089-0699
Sutari, Vara Tassa., dkk. 2013.
Kadar Malondialdehid (mda) Pada Jaringan Hati Ikan Nila (oreochromis
niloticus) Yang Diberi Cekaman Panas dan Pakan Suplementasi Tepung Daun Jaloh (salix
tetrasperma roxb). Jurnal
Medika Veterinaria. Vol. 7 (1). ISSN : 0853-1943 35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar