I.
JUDUL PRAKTIKUM
Toleransi
osmotik eritrosit hewan poikilotermik dan homoiotermik terhadap berbagai
tingkat kepekatan medium
II.
TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk
mengetahui besarnya toleransi osmotik hewan poikilotermik dan homoiotermik
terhadap berbagai tingkat kepekatan medium
III.
DASAR TEORI
Sel darah merah (eritrosit) merupakan sel yang
telah terdiferensiasi jauh dan mempunyai
fungsi khusus untuk transpor oksigen. Pada mamalia, eritrosit adalah sel yang telah melepaskan inti dan organel –
organel sitoplasma lain selama perkembangan.
Sel – sel darah merah bersifat elastis dan mempunyai
kemampuan berubah bentuk. Hal ini terbukti dari kemampuannya melalui kapiler – kapiler dengan diameter kecil
( Leeson, 1996). NaCl
Fisiologis merupakan larutan yang isotonis dengan plasma darah (Ridwan, 2009).
Di antara tiga tipe darah (sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit), sel darah merahlah yang paling banyak jumlahnya. Sel-sel
darah merah mempunyai bentuk cakra dengan diameter 7,5 µm dengan ketebalan tepi
2 µm. Tengah-tengah cakra tersebut lebih tipis dengan ketebalan 1 µm. Bentuk
bikonkaf yang menarik ini mempercepat pertukaran gas-gas antara sel-sel dan
plasma darah (Hartadi, 1992).
Hb berfungsi mengikat
oksigen yang kemudian akan digunakan untuk proses katabolisme sehingga
dihasilkan energi (Lagler et al, 1997 dalam Bastiawan dkk, 2001). Kemampuan
mengikat oksigen dalam darah tergantung pada jumlah hemoglobin yang terdapat
dalam sel darah merah. Bastiawan dkk, (2001) menulis bahwa rendahnya kadar Hb
menyebabkan laju metabolisme menurun dan energi yang dihasilkan menjadi rendah
(Alamanda, 2007).
Hemoglobin merupakan suatu protein yang kompleks,
yang tersusun dari protein globin dan suatu senyawa bukan protein yang dinamai
hem. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100
ml darah (Susilawati, 2013).
Osmosis
memainkan peranan yang sangat penting pada tubuh makhluk hidup, misalnya, pada
membrane sel darah merah. Jika meletakan sel darah merah dalam suatu larutan
hipertonik (lebih pekat), air yang terdapat dalam sel darah akan ditarik keluar
dari sel sehingga sel mengerut dan rusak. Peristiwa ini disebut krenasi.
Sebaliknya, jika kamu meletakan sel darah merah dalam suatu larutan yang
bersifat hipotonik (lebih encer), air dari larutan tersebut akan ditarik masuk
kedalam sel darah sehingga sel mengembang dan pecah. Proses ini disebut
hemolisis (Isnaeni, 2006).
Lisis
pada eritrosit disebut hemolisis, yang berarti peristiwa pecahnya eritrosit
akibat masuknya air ke dalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari dalam
eritrosit menuju ke cairan sekelilingnya. Membran eritrosit bersifat permeabel
selektif, yang berarti dapat ditembus oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi
tidak dapat ditembus oleh zat-zat tertentu yang lain. Hemolisis ini akan
terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipotonis terhadap
isi sel eritrosit. Namun perlu diketahui bahwa membran eritrosit (termasuk
membran sel yang lain) memiliki toleransi osmotik, artinya sampai batas
konsentrasi medium tertentu sel belum mengalami lisis. Kadang-kadang pada suatu
konsentrasi larutan NaCl tertentu tidak semua eritrosit mengalami hemolisis.
Hal ini menunjukkan bahwa toleransi osmotis membran eritrosit berbeda-beda. (Soewolo,2000).
IV.
METODE PRAKTIKUM
4.1.Alat
dan Bahan
·
Alat : Gelas Mikroskop, gelas benda,
pipet tetes, papan dan alat seksio, gelas piala,
·
Bahan : Larutan garfis untuk katak 0,7%
NaCl, untuk burung 0,9% NaCl, aquadest, Kadal (poikilotermik), Tikus (homoiotermik), berbagai larutan garam daapur dengan
konsentrasi 3%, 1%, 0,9%, 0,5 %, 0,3 %, 0,1 %
4.2.Cara
Kerja
V.
HASIL PENGAMATAN
No
|
Konsentrasi NaCl
|
Homoitermik
|
Keadaan
|
Poikilotermik
|
Keadaan
|
1
|
0,15 %
|
Lisis
|
Lisis
|
||
2
|
0,3 %
|
Lisis
|
Lisis
|
||
3
|
0,5 %
|
Lisis
|
Lisis
|
||
4
|
0,7 %
|
Lisis
|
Normal
|
||
5
|
0,9 %
|
Isotonis
|
Krenasi
|
||
6
|
1 %
|
Krenasi
|
Krenasi
|
||
7
|
0,7 %
|
Lisis
|
Isotonik
|
||
8
|
3 %
|
Krenasi
|
Isotonik
|
||
9
|
Aquades
|
Lisis
|
Lisis
|
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini
kami melakukan percobaan mengenai toleransi osmotik eritrosit hewan
poikilotermik dan homoiotermik terhadap berbagai tingkat kepekatan medium yang
bertujuan untuk mengetahui besarnya toleransi osmotik eritrosit hewan
poikilotermik dan homoiotermik terhadap berbagai tingkat kepekatan medium.
Dalam
percobaan ini menggunakan hewan percobaan kadal (untuk hewan poikilotermik) dan
tikus (untuk hewan poikilotermik). Langkah kerja yang pertama yaitu membedah
hewan percobaan (kadal dan tikus), kemudian mengambil darahnya dan diletakkan
diatas kaca benda, selanjutnya diberi
perlakuan dengan pemberian larutan NaCl dengan berbagai konsentrasi yang
berbeda. Untuk kadal dimulai dari konsentrasi 0,1 % ;0,3 % ;0,5 % (lebih encer
dari 0,7 %) dan 0,9%;1%; 2%; 3% (lebih pekat dari 0,7%). Sedangkan pada tikus
dimulai dari konsentrasi 0,1% ; 0,3% ; 0,5%; 0,7% (lebih encer dari 0,9%) dan 1%;
2%; 3% (lebih pekat dari 0,9%). Sebagai kontrol, sel tidak diberi larutan
apapun. Setelah ditetesi dengan larutan NaCl dan aquades, maka preparat ditutup
dengan kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop.
Pada
praktikum percobaan ini setiap kelompok menguji toleransi osmotik eritrosit
pada hewan poikilotermik yaitu kadal dan hewan homoiotermik yaitu tikus.
Percobaan pertama yaitu menguji toleransi osmotik eritrosit pada hewan
poikilotermik yaitu kadal. Berdasarkan
hasil pengamatan kelompok 1, 2, dan 3 yang
menggunakan konsentrasi NaCl berturut-turut 0,15 %, 0,3 %, 0,5 % keadaan sel
eritrositnya mengalami lisis. Sedangkan pada kelompok 4 yag menggunakan
konsentrasi larutan NaCl 0,7 % keadaan sel normal. Sedangkan pada kelompok
5, 6 yang menggunakan konsentrasi HCl
berturut-turut 0,9 %, 1%. Pada kelompok 7 dengan konsentrasi o,7 %
normal/isotonik. Pada kelompok 8 denagn konsentrasi 3% sel eritrosit mengalami
krenasi. Pada kelompok 9 sebagai kontrol (aquades) terjadi lisis.
Percobaan
yang kedua yaitu menguji toleransi osmotik eritrosit pada hewan homoiotermik
yaitu tikus. Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 1, 2, 3 dan 5 dan 4 yang
menggunakan konsentrasi secara berurutan NaCl 0,15%, 0,3 %, 0,5 , 0,7 keadaan sel eritrositnya lisis Sedangkan pada
kelompok 5 yang menggunakan konsentrasi larutan NaCl 0,9 % keadaan sel
eritrositnya juga normal atau tidak mengindikasikan adanya lisis maupun krenasi.
Sedangkan pada kelompok 6 yang menggunakan konsentrasi larutan NaCl 1%, sel
eritrositnya terjadi krenasi. Pada kelompok 7 dengan konsentrasi HCl 0,7% mengalami lisis. Kelompok 8 yang menggunakan
konsentrasi larutan HCl 3% sel erotrositnya menjadi krenasi. Pada kelompok 9
dengan menggunakan aquades sel eritrosit mengalami lisis.
Toleransi
osmotik eritrosit hewan homoioterm sama dengan tekanan osmotik larutan NaCl 0,9%,
sedangkan tekanan osmotik hewan poikiloterm sama dengan tekanan osmotik larutan
NaCl 0,7 %. Bila eritrosit dimasukkan ke dalam medium hipotonis maka air akan
masuk ke dalam eritrosit sehingga eritrosit menggelembung. Jika toleransi osmotik
membran eritrosit terlampaui maka eritrosit akan pecah, isi eritrosit termasuk
hemoglobin (Hb) akan ke luar sehingga medium menjadi berwarna merah. Peristiwa
lisisnya membran eritrosit dan terbebasnya hemoglobin (Hb) keluar medium
disebut hemolisis. Kebalikan dari lisis adalah krenasi yaitu peristiwa
mengkerutnya membran sel eritrosit akibat keluarnya cairan di dalam sel.
Krenasi terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium hipertonis dari
isi sel.
Berdasarkan data hasil
pengamatan toleransi osmotik eritrosit
pada hewan poikilotermik yaitu kadal. Percobaan pada kelompok 1, 2, 3
dan 7 sesuai. Hewan poikilotermik, sel eritrositnya isotonis dengan 0,7% NaCl. Hal ini dapat dilihat saat sel diberi
NaCl dengan konsentrasi 0,7% keadaan selnya isotonis (normal). Sedangkan untuk
konsentrasi dibawah 0,7%, sel mengalami lisis. Hal ini dikarenakan larutan
bersifat hipotonis sehingga air akan masuk ke dalam eritrosit yang akan membuat
eritrosit menggelembung. Jika toleransi osmotik membran eritrosit terlampaui
maka eritrosit akan pecah, isi eritrosit termasuk hemoglobin akan keluar
sehingga medium menjadi berwarna merah. Hal inilah yang mengindikasikan
terjadinya lisis. Sedangkan pada kelompok 4 terlihat normal karena sesuai
dengan toleransi osmotiknya. Pada kelompok 5, 6, dan 8 yang menggunakan
konsentrasi larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,7% sesuai. Berdasarkan teori untuk
konsentrasi NaCl diatas 0,7% sel akan mengalami krenasi. Hal ini dikarenakan
sel berada di larutan yang hipertonis. Peristiwa krenasi ditandai dengan
mengkerutnya membran sel eritrosit akibat keluarnya cairan di dalam sel.
Selanjutnya toleransi osmotik eritrosit pada hewan homoiotermik
yaitu pada mencit. Hewan homoitermik ,sel eritrositnya isotonis dengan
0,9% NaCl. Hal ini dapat dilihat saat sel diberi NaCl dengan konsentrasi 0,9 %
keadaan sel nya isotonis (normal), percobaan apada kelompok 5. Sedangkan untuk
konsentrasi dibawah 0,9%, seperti pada percobaan kelompok 1, 2, 3, 4 dan 7, sel
mengalami lisis. Hal ini dikarenakan larutan bersifat hipotonis. Lisis terjadi
karena zat terlarut masuk ke dalam membran eritrosit, tetapi membran eritrosit
tidak mampu lagi menahan tekanan zat pelarut yang masuk. Selanjutnya yaitu pada
kelompok 6, 7, dan 8 yang menggunakan konsentrasi NaCl yang lebih pekat dari
0,9% juga sudah sesuai dengan teori. Berdasarkan teori untuk konsentrasi NaCl
diatas 0,9% sel mengalami krenasi. Hal ini dikarenakan sel berada di larutan
yang hipertonis. Cairan eritrosit yang dimasukkan ke dalam larutan hipertonis,
maka air akan keluar dari dalam eritrosit. Peristiwa krenasi ditandai dengan
mengkerutnya sel dan sel menjadi gepeng.
Pada hewan poikilotermik dan
homoiternik terdapat perbedaan toleransi osmotik. Pada hewan poikilotermik lebih
toleran terhadap larutan yang lebih encer dari garam fisiologi. Sedangkan hewan
yang lebih toleran terhadap larutan yang lebih pekat dari garam fisiologi
adalah hewan homoitermik. Hal ini dapat dilihat dari kisaran isotonis kedua
hewan tersebut. Pada hewan poikilotermik kisaran isotonisnya adalah pada
larutan NaCl 0,7%. Sedangkan pada homoitermik kisaran isotonis nya adalah pada larutan NaCl
0,9%. Eritrosit merupakan sel yang terdapat dalam darah dengan bentuk bikonkaf
yang berwarna merah kekuningan serta bersifat elastis dan lunak. Eritrosit yang
terdapat dalam pembuluh darah tidak memiliki inti sel. Salah satu kandungan
eritrosit yang sangat penting hemoglobin. Hemoglobin inilah yang menyebabkan darah
berwana merah. Eritrosit dapat mempertahankan bentuknya hanya jika direndam
dalam larutan isotonik. Bila medium lingkungannya menjadi hipotonik maka sel-sel menyerap air, membengkak,
dan akhirnya pecah, keadaan seperti ini yang disebut dengan hemolisis. Sebaliknya
jika eritrosit ditempatkan dalam larutan hipertonik, maka sel-selnya akan
menciut dan permukaannya berubah tidak teratur (krenasi).
VII.
PENUTUP
8.1.
Kesimpulan
1.
Terdapat perbedaan toleransi osmotik
pada hewan poikilotermik dan homoiotermik. Jika pada poikilotermik toleransi
osmotik eritrosit isotonis dengan larutan garfis 0,7% NaCl, sedangkan pada
hewan homoiotermik isotonis dengan larutan garfis 0,9% NaCl.
2.
Pada hewan poikilotermik lebih toleran terhadap
larutan yang lebih encer dari garam fisiologi. Sedangkan hewan yang lebih
toleran terhadap larutan yang lebih pekat dari garam fisiologi adalah hewan
homoitermik.
8.2.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
Alamanda, Intan. 2007. Penggunaan
Metode Hematologi dan Pengamatan Endoparasit Darah untuk Penetapan Kesehatan
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali.
Biodiversitas. ISSN: 1412-033X Vol.
8, Nomor 1 Hal: 34-38
Hartadi,
Diaz et al. 2004. Simulasi
Penghitungan Sel Darah Merah. Transmisi.Vol.
8, No. 2, Desember 2004 : 1 – 6
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi
Hewan. Yogyakarta: Kanisius
Ridwan. 2009. Pengaruh Pengencer Semen Terhadap
Abnormalitas dan Day Tahan Hidup Spermatozoa Kambing Lokal Pada Penyimpanan
Suhu 50 C. J. Agroland 16
(2) : 187 – 192. ISSN : 0854 – 641X
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Susilawati., dkk. 2013. Kadar Hemoglobin Dan
Densitas Parasit Pada Penderita Malaria Di Lombok Tengah. JST
Kesehatan. Vol.3 No.3 : 298 – 304 ISSN 2252-5416
Tidak ada komentar:
Posting Komentar